KONSELING POPULASI KHUSUS ANAK JALANAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
ARBIAH

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
KATA PENGANTAR
Segalapujibagi Allah SWT yang
telahmemberikanhidayahdaninayahsehinggapenyusunbisamenyelesaikanmakalahKONSELING POPULASI KHUSUS ANAK JALANAN
ShalawatbesertasalampenyusunsanjungkankepangkuanNabibesar
Muhammad SAW yang telahmembawakitadarialamkegelapanmenujualamyang terangbenderang.
TaklupapenulisMengucapakanterimakasihkepadaDosenPembimbing
yang telahmemberikanbanyakilmukepada kami.
PenulismenyadaribahwamasihbanyakkekurangandalampenyusunanmakalahiniOlehkarenaitu,
penulismengaharapkankritikdan saran guna agar menjadisempurnaisimakalah kami,
Terimakasih.
Medan,
28 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar ..................................................................................... i
Daftar isi.......................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
masalah............................................................... 1
II.
Rumusan Masala.................................................................. 1
III.
Tujuan Penulisan.................................................................. 1
PEMBAHASAN
BAB II
1.
Pengertian Anak
Jalanan.......................................................... 2
2.
Kehidupan Anak
Jalanan......................................................... 2
3.
Faktor-faktor yang
mempengaruhianak-anakterjerumusdalamkehidupananakjalanan 4
4.
Psikologis Anak
Jalanan.......................................................... 4
5.
Upaya Menangani
Anak Jalanan.............................................. 4
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Masalah
Fenomenaanakjalanan di Indonesia
adalahhal yang
harusditanggapisecaraseriuskarenaanakjalananjugacalonpemimpinmasadepankita.
Anakjalananadalahseseorang yang masihbelumdewasa (secarafisikdan phsykis)
yang menghabiskansebagianbesarwaktunya di
jalanandenganmelakukankegiatan-kegiatanuntukmendapatkanuanggunamempertahankanhidupnya
yang terkadangmendapattekananfisikatau mental darilingkunganya.Umumnyamerekaberasaldarikeluarga
yang
ekonominyalemah.Anakjalanantumbuhdanberkembangdenganlatarkehidupanjalanandanakrabdengankemiskinan,
penganiayaan, danhilangnyakasihsayang,
sehinggamemberatkanjiwadanmembuatnyaberperilaku negatif.
Jumlahanakjalanandaritahunketahundi Negarainisemakinmembumihampir
di setiapkota-kota. Merekamencarinafkahdengancaramengemis, mengamen,
berdagangasongan, menyewakanpayung, sampaimencaribarangrongsokan.
II.
Rumusan Masalah
1.
Apaynagdimaksudanakjalanan?
2.
Bagaimanakehidupananakjalanan?
3.
ApaFaktor-faktor yang mempengaruhianak-anakterjerumusdalamkehidupananakjalanan?
4.
Bagaimanapsikologisanakjalanan?
5.
Bagaimanaupayauntukmenanganianakjalanan?
III. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui yangdimaksudanakjalanan
2. Untuk
mengetahui bagaimanakehidupananakjalanan
3. Untuk
mengetahui apa sajafaktor-faktor yang
mempengaruhianak-anakterjerumusdalamkehidupananakjalanan
4. Untuk
mengetahui bagaimanaperkembangan psikologisanakjalanan
5. Untuk
mengetahui bagaimanaupayauntukmenanganianakjalanan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PengertianAnakJalanan
Anakjalananadalahseseorang yang masihbelumdewasa
(secarafisikdan phsykis) yang menghabiskansebagianbesarwaktunya di
jalanandenganmelakukankegiatan-kegiatanuntukmendapatkanuanggunamempertahankanhidupnya
yang terkadangmendapattekananfisikatau mental
darilingkunganya.Berdasarkanhasilpenelitian,
secaragarisbesaranakjalanandibedakandalamtigakelompok (surbaktidkk.(eds.)
1997).
Pertama, children on the street, yaknianak-anak yang
mempunyaikegiatanekonomisebagaipekerjaanak di jalan,
namunmasihmempunyaihubungan yang kuatdengan orang
tuamereka.sebagianpenghasilanmereka di jalandiberikankepada orang tuanya.
Kedua, children of the street, yaknianak-anak yang
berpartisipasipenuh di jalanan, baiksecarasosialmaupunekonomi. Beberapa di
antaramerekamasihmempunyaihubungandengan orang tuanya,
tetapifrekuensipertemuanmerekatidakmenentu.
Ketiga, children from families of the street, yaknianak-anak
yang berasaldarikeluarga yang hidup di jalanan.[1]
Sebagaimakhluk social,
anakjalananjugamelakukaninteraksidenganlingkungansekitarnya.Interaksiinimelibatkan
hubunganresprokal di
manatingkahlakuanakjalananakanmendapatkanreaksidarilingkungantersebutdemikiansebaliknyapadakenyataanperlukitaperhatikanakanterlihatbahwaternyataanakjalanantelahmembentukkomunitassendiri
yang berbedadengananak-anak padaumumnya.
Hidupberkelompokmemilikijaringankerjasendiri, peraturan yang di sepakati,
norma-normatersendiri, yang cenderungmemisahkandiridarikelompok yang
lainnya.Terutamadenganmasyarakat, merupakankarakteristik yang
khasdarianakjalanan.Tempattinggalmerekabiasanyaberadadalamsuatulokasitertentudanjugaterdapatkelompokmasyarakat
(lumpen) sepertigelandangan, pengemis, pengamensertakaummiskinkotalainnya.
2.
Kehidupananakjalanan
Untukbertahanhidup di tengahkehidupankota yang keras,
anak-anakjalananbiasanyamelakukanberbagaipekerjaan di sektor informal, baik
yang legal maupun yang ilegal di matahukum. Anakjalanan yang sering kali
dikatakan orang
sebagaialatpencariuangbagikaumpremanismeternyatamempunyaihakdankewajiban.Mereka
yang selamainihidupmenyendiribertemandengansesamaanak
jalananmembuatmerekalupabahkansengajadilupakanuntukmendapatkanhak-hakituberbagaiharapanketikamerekahidup
di duniainimenjadisesuatu yang sulitbahkankecilkemungkinanuntukdidapat,
berbedadengananak-anak yang
hidupserbaberkecukupanmerekamampudanpastimendapatkanapa yang
merekainginkandanimpianmereka pun dapatterwujudmeskipuntidakbanyak. Itulah yang
membedakankehidupananak-anakpinggirandengananak-anakmewah.
Padahalanak-anakjalananbutuh yang
dinamakanpendidikan.Jaditidakhanyamereka yang punyauangsaja yang bias
sekolahtapibagimereka yang punyaharapanterkecil pun inginsepertianaklainnya.
Kenyataannyaapakahmerekabisabegitu, apakahuang yang
kitabayarkandankitaanggappajakbahkansubsidibenar-benaruntukmereka.Mereka yang
punyahaksamasepertikitaapabisasamadengankitamendapatapa yang kitadapat.
Jelasmerekabutuhdanmauapa yang kitalakukandaninginkanselamaini.[2]
Perilakuataugayahidupanakkalahmerisaukanadalah,
merekaumumnyasudahaktifsecaraseksualdalamusia yang terlaludini,
sehinggarisikokehamilanpadaanakperempuan danpenularan PMS
(penyakitmenularseksual) sangattinggi,
terutamakarenamerekacenderungberganti-gantipasangan. Menururt Mohammad Farid
(1998), tantangankehidupan yang
merekahadapipadaumumnyamemangberbedadengankehidupannormatif yang ada di
masyarakat. Dalambanyakkasus, anakjalananseringhidupdanberkembang di
bawahtekanandan stigma atau cap sebagaipengangguketertiban. Anak-anak yang hidup
di jalanan, merekabukansajarawandariancamantertabrakkendaraan, tetapiacap kali
jugarentanterhadapseranganpenyakitakibatcuaca yang
takbersahabatataukondisislingkungan yang buruksepertitempatpembuangansampah.Di
kalangananak-anak yang hidup di jalanan, memangkisah-kisah yang
menyedihkandanterkadangmenguras air mataadalahhal yang
biasaterjadisehari-hari.Eksploitasidanancamankekerasanmerupakanduahal yang
terkadangsekaligus di alamidanterpaksadirasakananakjalanan.[3]
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhianak-anakterjerumusdalamkehidupananakjalanan
Sesungguhnyaadabanyakfaktor yang
menyebabkananak-anakterjerumusdalamkehidupan di jalanan, seperti:
a.
Kesulitankeuangankeluargaatautekanankemiskinan
b.
Ketidakharmonisanrumahtangga orang tua
c.
Masalahkhususmenyangkuthubungananakdengan orang tua.
d. Inginbebas
e. Pengaruhteman
Persoalan yang
kemudianmunculadalahanak-anakjalananpadaumumnyaberadapadausiasekolah,
usiaproduktif, merekamempunyaikesempatan yang samasepertianak-anak yang lain,
merekaadalahwarganegara yang berhakmendapatkanpelayananpendidikan, tetapidisisi
lain merekatidakbisameninggalkankebiasaanmencaripenghidupandijalanan.
4.
Psikologianakjalanan
Psikologis anak jalanan terganggu
karena permasalahan yang kerap dihadapi anak-anak tersebut sangat kompleks.
Bukan hanya sekedar anak jalanan, tetapi kemampuan intelektualnya pun sangat
rendah dibanding anak-anak seusianya,” tukas Oktri Lia Frida, S.Psi MP.Si,
Psikolog dari Dinkes Kota Surabaya. Gangguan psikologis ini dikarenakan
anak-anak jalanan sangat dekat dengan kekerasan. ”Mereka sangat dekat dengan
kekerasan, mulai dari keluarganya yang KDRT (kekerasan Dalam Rumah Tangga),
terabaikan, tidak disekolahkan, ataupun kehidupannya yang tidak layak. Secara
kelayakan mereka tidak mendapatkannya, untuk itu mereka mengamen di jalanan dan
uangnya untuk makan, kata psikolog Oktri.
5. Upaya menangani anak jalanan
Anak jalanan pada dasarnya adalah
anak-anak marginal di perkotaan yang mengalami proses dehumanisasi. Mereka
bukan saja harus mampu bertahan hidup dalam suasana kehidupan kota yang keras,
tidak bersahabat dan tidak kondusif bagi proses tumbuh kembang anak. Tetapi,
lebih dari itu mereka juga cenderung dikucilkan masyarakat, menjadi objek
pemerasan berbagai pihak seperti sesama teman, preman atau oknum aparat,
sasaran eksploitasi, korban pemerkosaan, dan segala bentuk penindasan lainnya.
Untuk menangani permasalahan anak jalanan haru sdiakui bukanlah hal yang mudah.
Selama ini, berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan, baik oleh LSM,
pemerintah, organisasi profesi, dan sosial maupun Orang per orang untuk
membnatu anak jalanan keluar atau paling tidak sedikit mengurangi penderitaan
mereka. Namun, karena semuanya dilakukan secara temporer, segmenter, dan
terpisah, maka hasilnya pun kurang menjadi kurang maksimal.
Agar penanganan dan upaya perlindungan
dan pemberdayaan pada anak-anak jalanan dapat memberikan hasil yang lebih baik,
yang dibutuhkan adalah kesediaan semua pihak untuk duduk bersama, berdiskusi
untuk mencari jalan keluar yang terbaik bagi anak-anak jalanan, dan kemudia
merumuskan program intervensi yang tepat sasaran dan sekaligus melakukan
pembagian kerja yang lebih terkoordinasi.
Menurut Tata Sudrajat (1996), selama
ini beberapa pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM dalam penanganan
anak-anak jalanan adalah sebagai berikut:
a. Street based, yakni
model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau tinggal,
kemudian para street educator datang kepada mereka: berdialog,
mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta menempatkan
diri sebagai teman.
b. Centre based, yakni
pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga atau panti. Anak-anak yang
masuk dalam program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti
seperti pada malam hari diberikan makanan dan perlindungan, serta perlakuan
yang hangat dan bersahabat dari pekerja sosial.
c. Community
based, yakni model penanganan yang melibatkan seluruh potensi masyarakat,
terutama kelurga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini bersifat preventif,
yakni mencegah anak agar tidak masuk dan terjerumus dalam kehidupan di jalanan.
Keluarga diberikan kegiatan penyuluhan tentang pengasuhan anak dan upaya untuk
meningkatkan taraf hidup, sementara anak-anak mereka diberi kesempatan
memperoleh pendidikan formal maupun informal, pengisian waktu luang, dan
kegiatan lainnya yang bermanfaat. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dan masyarakat agar sanggup melindungi, mengasuh, dan
memenuhi kebutuhan anak-anaknya secara mandiri.
Berbagai pendekatan yang telah
diuraikan di atas, tidak berarti satu pendekatan yang ada lebih baik dari
pendekatan yang lain. Pendekatan mana yang dipilih dan lebih tepat, akan banyak
ditentukan oleh kebutuhan dan masalah yang sedang dihadapi anak jalanan.
Kasus-kasus penggusuran , pelarangan,
penangkapan, pemukulan yang menimpa anak-anak jalanan juga menjadi bukti
bagaimana pembangunan memenangkan struktur formal yang bermodal dan mampu
membayar pajak kepada negara, sehingga public space of economy dikuasai
dan dimonopoli oleh struktur formal. Selain itu formalisasi juga ditampilkan
melalui praktek-praktek yang sama dengan legitimasi nilai bahwa pembangunan
hanya akan berjalan akibat kontribusi sektor formal. Sementara sektor informal,
dimana anak-anak jalanan tumbuh dan berkembang, sekali lagi dianggap sebagai
sesuatu yang tidak menguntungkan. Potret pembangunan memang deskriminatif dalam
memberlakukan sektor informal, baik karena logika ekonomi yang dianut maupun
karena legitimasi nilai formal yang melatarinya. Ada banyak perangkat nilai,
norma ataupun hukum yang selalu digunakan untuk mencari pembenaran terhadap
tindakan itu, bisa Perda, Program kebersihan dan ketetiban, peraturan
penertiban, atau nilai-nilai sosial diskriminatif lainnya. Hukum-hukum tersebut
tidak mampu dihadapi oleh bocah-bocah kecil yang tidak mempunyai kekuasaan.
Dari urutan di atas dapat dilihat
betapa kompleksnya masalah anak jalanan ini sehingga penanggulan anak jalanan
ini tidak hanya dapat dilakukan secara efektif bila semua pihak tidak ikut
melakukannya seperti pemerintah, LSM, masa media, individu-individu dan
organisasi-organisasi keagamaan.
Penanggulangan anak jalanan ini
juga bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Melalui proram
aksi langsung
Program ini biasanya ditujukan kepada kelompok sasarannya
yaitu para anak jalanan, misalnya saja memberikan pendidikan non-formal,
peningkatan pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan. Tipe pekerjaan ini
biasanya yang dilakukan oleh LSM-LSM.
2. Program
peningkatan kesadaran masyarakat
Aktivitas program ini untuk menggugah masyarakat untuk
mulai tergerak dan peduli terhadap masalah anak jalanan. Kegiatan ini dapat
berupa penerbitan bulletin, poster, buku-buku, iklan layanan masyarakat di TV,
program pekerja anak di radio dan sebagainya.[4]
Kalau diperinci satu per satu barang
kali ada puluhan atau bahkan ratusan masalah yang dihadapi anak-anak jalanan.
Namun, ada delapan masalah prioritas anak jalanan yang mendesak untuk segera
ditangani oleh beberapa pihak. Kedelapan masalah pokok tersebut adalah:
a. Gaya hidup dan
perilaku anak jalanan yang acap kali membahayakan dan mengancam keselamatan
diri sendiri, seperti ngelem, seks bebas, kebiasaan berkelahi, dan
sebagainya.
b. Ancaman
gangguan kesehatan
c. Minat dan
kelangsungan pendidikan anak jalanan yang relatif rendah dan terbatas
d. Kondisi ekonomi
dan latar belakang kehidupan sosial-psikologis orang tua yang relatif miskin
dan kurang harmonis
e. Adanya bentuk
intervensi dan sikap sewenang-wenang dari pihak luar terhadap anak jalanan,
baik atas nama hukum karen aulah preman yang mencoba mengambil manfaat dari
keberadaan anak jalanan
f. Adanya
kekeliruan persepsi dan sikap prejudice sebagian masyarakat terhadap
keberadaan anak jalanan
g. Adanya sebagian
anak jalanan yang tengah menghadapi masalah khusus, baik kaibat ulahnya yang
terencana, maupun karena ketidaktahuan terhadap bahaya dari sebuah tindakan
tertentu, seperti hamil dalam usia yang terlalu dini akibat seks bebas
h. Mekanisme
koordinasi dan sistem kelembagaan penanganan anak jalanan yang belum berkembang
secara mantap, baik antara pemerintahan dengan LSM maupun persoalan intern
diantara lembaga itu sendiri.[5]
Bahwa bimbingan untuk anak jalanan
itu mengunakan Pendekatan yang dipilih dan lebih tepat dengan
masalah yang di hadapi oleh anak jalanan. Sebaiknya kalau menangani anak
jalanan itu langsung terjun langsung di tempat tinggal anak-anak jalanan
tinggal, kerena dengan terjun langsung kita bisa mengetahui masalah yang
dihadapi anak jalanan tersebut, karena masalah anak jalanan itu tidak sama.
Jadi itu lebih penting untuk menagani anak jalanan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anakjalananadalahseseorang yang masihbelumdewasa
(secarafisikdan phsykis) yang menghabiskansebagianbesarwaktunya di jalanandenganmelakukankegiatan-kegiatanuntukmendapatkanuanggunamempertahankanhidupnya
yang terkadangmendapattekananfisikatau mental
darilingkunganya.Berdasarkanhasilpenelitian,
secaragarisbesaranakjalanandibedakandalamtigakelompok (surbaktidkk.(eds.) 1997)
yaituchildren on the street,children of the street, children from
families of the street.
anakjalananseringhidupdanberkembang
di bawahtekanandan stigma atau cap sebagaipengangguketertiban. Anak-anak yang
hidup di jalanan, merekabukansajarawandariancamantertabrakkendaraan, tetapiacap
kali jugarentanterhadapseranganpenyakitakibatcuaca yang
takbersahabatataukondisislingkungan yang buruksepertitempatpembuangansampah.Di
kalangananak-anak yang hidup di jalanan, memangkisah-kisah yang
menyedihkandanterkadangmenguras air mataadalahhal yang
biasaterjadisehari-hari.faktor yang
menyebabkananak-anakterjerumusdalamkehidupan di jalanan, seperti:
a.
Kesulitankeuangankeluargaatautekanankemiskinan
b.
Ketidakharmonisanrumahtangga orang tua
c.
Masalahkhususmenyangkuthubungananakdengan orang tua
d. Inginbebas
e. Pengaruhteman
Penanganananakjalananbisadilakukandengancarasebagaiberikut:
a) Melalui program
aksilangsung
b) Program
peningkatan kesadaran masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
http: //research.amikom.ac.id/kehidupan anak jalanan, 20 April 2012, (13.00)
Suyanto,
Bagong, MasalahAnakSosial, Jakarta: Kencana, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar