Rabu, 08 Juni 2016

KONSELING ANAK JALANAN



KONSELING POPULASI KHUSUS ANAK JALANAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
ARBIAH








JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN 2016

KATA PENGANTAR

Segalapujibagi Allah SWT yang telahmemberikanhidayahdaninayahsehinggapenyusunbisamenyelesaikanmakalahKONSELING POPULASI KHUSUS ANAK JALANAN
       ShalawatbesertasalampenyusunsanjungkankepangkuanNabibesar Muhammad SAW yang telahmembawakitadarialamkegelapanmenujualamyang  terangbenderang.
TaklupapenulisMengucapakanterimakasihkepadaDosenPembimbing yang telahmemberikanbanyakilmukepada kami.
PenulismenyadaribahwamasihbanyakkekurangandalampenyusunanmakalahiniOlehkarenaitu, penulismengaharapkankritikdan saran guna agar menjadisempurnaisimakalah kami, Terimakasih.


Medan, 28 Maret 2016


Penulis





                                                                                              



DAFTAR ISI
Kata pengantar .....................................................................................  i
Daftar isi....................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.                   Latar Belakang masalah............................................................... 1
II.                Rumusan Masala.................................................................. 1
III.             Tujuan Penulisan.................................................................. 1
PEMBAHASAN
BAB II
1.     Pengertian Anak Jalanan.......................................................... 2
2.     Kehidupan Anak Jalanan......................................................... 2
3.     Faktor-faktor yang mempengaruhianak-anakterjerumusdalamkehidupananakjalanan  4
4.     Psikologis Anak Jalanan.......................................................... 4
5.     Upaya Menangani Anak Jalanan.............................................. 4
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan................................................................................... 8
Daftar pustaka.............................................................................. 9



BAB I
PENDAHULUAN
I.                   Latar Belakang Masalah
Fenomenaanakjalanan di Indonesia adalahhal yang harusditanggapisecaraseriuskarenaanakjalananjugacalonpemimpinmasadepankita. Anakjalananadalahseseorang yang masihbelumdewasa (secarafisikdan phsykis) yang menghabiskansebagianbesarwaktunya di jalanandenganmelakukankegiatan-kegiatanuntukmendapatkanuanggunamempertahankanhidupnya yang terkadangmendapattekananfisikatau mental darilingkunganya.Umumnyamerekaberasaldarikeluarga yang ekonominyalemah.Anakjalanantumbuhdanberkembangdenganlatarkehidupanjalanandanakrabdengankemiskinan, penganiayaan, danhilangnyakasihsayang, sehinggamemberatkanjiwadanmembuatnyaberperilaku  negatif.  Jumlahanakjalanandaritahunketahundi  Negarainisemakinmembumihampir di setiapkota-kota. Merekamencarinafkahdengancaramengemis, mengamen, berdagangasongan, menyewakanpayung, sampaimencaribarangrongsokan.

II.           Rumusan Masalah
1.      Apaynagdimaksudanakjalanan?
2.      Bagaimanakehidupananakjalanan?
3.      ApaFaktor-faktor yang mempengaruhianak-anakterjerumusdalamkehidupananakjalanan?
4.      Bagaimanapsikologisanakjalanan?
5.      Bagaimanaupayauntukmenanganianakjalanan?

III.        Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui yangdimaksudanakjalanan
2.      Untuk mengetahui bagaimanakehidupananakjalanan
3.      Untuk mengetahui apa sajafaktor-faktor yang mempengaruhianak-anakterjerumusdalamkehidupananakjalanan
4.      Untuk mengetahui bagaimanaperkembangan psikologisanakjalanan
5.      Untuk mengetahui bagaimanaupayauntukmenanganianakjalanan


BAB II
PEMBAHASAN
1.    PengertianAnakJalanan
Anakjalananadalahseseorang yang masihbelumdewasa (secarafisikdan phsykis) yang menghabiskansebagianbesarwaktunya di jalanandenganmelakukankegiatan-kegiatanuntukmendapatkanuanggunamempertahankanhidupnya yang terkadangmendapattekananfisikatau mental darilingkunganya.Berdasarkanhasilpenelitian, secaragarisbesaranakjalanandibedakandalamtigakelompok (surbaktidkk.(eds.) 1997).
Pertama, children on the street, yaknianak-anak yang mempunyaikegiatanekonomisebagaipekerjaanak di jalan, namunmasihmempunyaihubungan yang kuatdengan orang tuamereka.sebagianpenghasilanmereka di jalandiberikankepada orang tuanya.
Kedua, children of the street, yaknianak-anak yang  berpartisipasipenuh di jalanan, baiksecarasosialmaupunekonomi. Beberapa di antaramerekamasihmempunyaihubungandengan orang tuanya, tetapifrekuensipertemuanmerekatidakmenentu.
Ketiga, children from families of the street, yaknianak-anak yang berasaldarikeluarga yang hidup di jalanan.[1]
Sebagaimakhluk social, anakjalananjugamelakukaninteraksidenganlingkungansekitarnya.Interaksiinimelibatkan  hubunganresprokal di manatingkahlakuanakjalananakanmendapatkanreaksidarilingkungantersebutdemikiansebaliknyapadakenyataanperlukitaperhatikanakanterlihatbahwaternyataanakjalanantelahmembentukkomunitassendiri yang berbedadengananak-anak  padaumumnya. Hidupberkelompokmemilikijaringankerjasendiri, peraturan yang di sepakati, norma-normatersendiri, yang cenderungmemisahkandiridarikelompok yang lainnya.Terutamadenganmasyarakat, merupakankarakteristik yang khasdarianakjalanan.Tempattinggalmerekabiasanyaberadadalamsuatulokasitertentudanjugaterdapatkelompokmasyarakat (lumpen) sepertigelandangan, pengemis, pengamensertakaummiskinkotalainnya.

2.    Kehidupananakjalanan
Untukbertahanhidup di tengahkehidupankota yang keras, anak-anakjalananbiasanyamelakukanberbagaipekerjaan di sektor informal, baik yang legal maupun yang ilegal di matahukum. Anakjalanan yang sering kali dikatakan orang sebagaialatpencariuangbagikaumpremanismeternyatamempunyaihakdankewajiban.Mereka yang selamainihidupmenyendiribertemandengansesamaanak  jalananmembuatmerekalupabahkansengajadilupakanuntukmendapatkanhak-hakituberbagaiharapanketikamerekahidup di duniainimenjadisesuatu yang sulitbahkankecilkemungkinanuntukdidapat, berbedadengananak-anak yang hidupserbaberkecukupanmerekamampudanpastimendapatkanapa yang merekainginkandanimpianmereka pun dapatterwujudmeskipuntidakbanyak. Itulah yang membedakankehidupananak-anakpinggirandengananak-anakmewah.
Padahalanak-anakjalananbutuh yang dinamakanpendidikan.Jaditidakhanyamereka yang punyauangsaja yang bias sekolahtapibagimereka yang punyaharapanterkecil pun inginsepertianaklainnya. Kenyataannyaapakahmerekabisabegitu, apakahuang yang kitabayarkandankitaanggappajakbahkansubsidibenar-benaruntukmereka.Mereka yang punyahaksamasepertikitaapabisasamadengankitamendapatapa yang kitadapat. Jelasmerekabutuhdanmauapa yang kitalakukandaninginkanselamaini.[2]
Perilakuataugayahidupanakkalahmerisaukanadalah, merekaumumnyasudahaktifsecaraseksualdalamusia yang terlaludini, sehinggarisikokehamilanpadaanakperempuan  danpenularan PMS (penyakitmenularseksual) sangattinggi, terutamakarenamerekacenderungberganti-gantipasangan. Menururt Mohammad Farid (1998), tantangankehidupan yang merekahadapipadaumumnyamemangberbedadengankehidupannormatif yang ada di masyarakat. Dalambanyakkasus, anakjalananseringhidupdanberkembang di bawahtekanandan stigma atau cap sebagaipengangguketertiban. Anak-anak yang hidup di jalanan, merekabukansajarawandariancamantertabrakkendaraan, tetapiacap kali jugarentanterhadapseranganpenyakitakibatcuaca yang takbersahabatataukondisislingkungan yang buruksepertitempatpembuangansampah.Di kalangananak-anak yang hidup di jalanan, memangkisah-kisah yang menyedihkandanterkadangmenguras air mataadalahhal yang biasaterjadisehari-hari.Eksploitasidanancamankekerasanmerupakanduahal yang terkadangsekaligus di alamidanterpaksadirasakananakjalanan.[3]


3.    Faktor-faktor yang mempengaruhianak-anakterjerumusdalamkehidupananakjalanan
Sesungguhnyaadabanyakfaktor yang menyebabkananak-anakterjerumusdalamkehidupan di jalanan, seperti:
a.    Kesulitankeuangankeluargaatautekanankemiskinan
b.    Ketidakharmonisanrumahtangga orang tua
c.    Masalahkhususmenyangkuthubungananakdengan orang tua.
d.   Inginbebas
e.    Pengaruhteman
Persoalan yang kemudianmunculadalahanak-anakjalananpadaumumnyaberadapadausiasekolah, usiaproduktif, merekamempunyaikesempatan yang samasepertianak-anak yang lain, merekaadalahwarganegara yang berhakmendapatkanpelayananpendidikan, tetapidisisi lain merekatidakbisameninggalkankebiasaanmencaripenghidupandijalanan.

4.    Psikologianakjalanan
Psikologis anak jalanan terganggu karena permasalahan yang kerap dihadapi anak-anak tersebut sangat kompleks. Bukan hanya sekedar anak jalanan, tetapi kemampuan intelektualnya pun sangat rendah dibanding anak-anak seusianya,” tukas Oktri Lia Frida, S.Psi MP.Si, Psikolog dari Dinkes Kota Surabaya. Gangguan psikologis ini dikarenakan anak-anak jalanan sangat dekat dengan kekerasan. ”Mereka sangat dekat dengan kekerasan, mulai dari keluarganya yang KDRT (kekerasan Dalam Rumah Tangga), terabaikan, tidak disekolahkan, ataupun kehidupannya yang tidak layak. Secara kelayakan mereka tidak mendapatkannya, untuk itu mereka mengamen di jalanan dan uangnya untuk makan, kata psikolog Oktri.

5.    Upaya menangani anak jalanan
Anak jalanan pada dasarnya adalah anak-anak marginal di perkotaan yang mengalami proses dehumanisasi. Mereka bukan saja harus mampu bertahan hidup dalam suasana kehidupan kota yang keras, tidak bersahabat dan tidak kondusif bagi proses tumbuh kembang anak. Tetapi, lebih dari itu mereka juga cenderung dikucilkan masyarakat, menjadi objek pemerasan berbagai pihak seperti sesama teman, preman atau oknum aparat, sasaran eksploitasi, korban pemerkosaan, dan segala bentuk penindasan lainnya. Untuk menangani permasalahan anak jalanan haru sdiakui bukanlah hal yang mudah. Selama ini, berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan, baik oleh LSM, pemerintah, organisasi profesi, dan sosial maupun Orang per orang untuk membnatu anak jalanan keluar atau paling tidak sedikit mengurangi penderitaan mereka. Namun, karena semuanya dilakukan secara temporer, segmenter, dan terpisah, maka hasilnya pun kurang menjadi kurang maksimal.
Agar penanganan dan upaya perlindungan dan pemberdayaan pada anak-anak jalanan dapat memberikan hasil yang lebih baik, yang dibutuhkan adalah kesediaan semua pihak untuk duduk bersama, berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik bagi anak-anak jalanan, dan kemudia merumuskan program intervensi yang tepat sasaran dan sekaligus melakukan pembagian kerja yang lebih terkoordinasi.
Menurut Tata Sudrajat (1996), selama ini beberapa pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM dalam penanganan anak-anak jalanan adalah sebagai berikut:
a.    Street based, yakni model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau tinggal, kemudian para street educator datang kepada mereka: berdialog, mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta menempatkan diri sebagai teman.
b.    Centre based, yakni pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga atau panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti seperti pada malam hari diberikan makanan dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat dari pekerja sosial.
c.    Community based, yakni model penanganan yang melibatkan seluruh potensi masyarakat, terutama kelurga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini bersifat preventif, yakni mencegah anak agar tidak masuk dan terjerumus dalam kehidupan di jalanan. Keluarga diberikan kegiatan penyuluhan tentang pengasuhan anak dan upaya untuk meningkatkan taraf hidup, sementara anak-anak mereka diberi kesempatan memperoleh pendidikan formal maupun informal, pengisian waktu luang, dan kegiatan lainnya yang bermanfaat. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat agar sanggup melindungi, mengasuh, dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya secara mandiri.
Berbagai pendekatan yang telah diuraikan di atas, tidak berarti satu pendekatan  yang ada lebih baik dari pendekatan yang lain. Pendekatan mana yang dipilih dan lebih tepat, akan banyak ditentukan oleh kebutuhan dan masalah yang sedang dihadapi anak jalanan.
Kasus-kasus penggusuran , pelarangan, penangkapan, pemukulan yang menimpa anak-anak jalanan juga menjadi bukti bagaimana pembangunan memenangkan struktur formal yang bermodal dan mampu membayar pajak kepada negara, sehingga public space of economy dikuasai dan dimonopoli oleh struktur formal. Selain itu formalisasi juga ditampilkan melalui praktek-praktek yang sama dengan legitimasi nilai bahwa pembangunan hanya akan berjalan akibat kontribusi sektor formal. Sementara sektor informal, dimana anak-anak jalanan tumbuh dan berkembang, sekali lagi dianggap sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan. Potret pembangunan memang deskriminatif dalam memberlakukan sektor informal, baik karena logika ekonomi yang dianut maupun karena legitimasi nilai formal yang melatarinya. Ada banyak perangkat nilai, norma ataupun hukum yang selalu digunakan untuk mencari pembenaran terhadap tindakan itu, bisa Perda, Program kebersihan dan ketetiban, peraturan penertiban, atau nilai-nilai sosial diskriminatif lainnya. Hukum-hukum  tersebut tidak mampu dihadapi oleh bocah-bocah kecil yang tidak mempunyai kekuasaan.
Dari urutan di atas dapat dilihat betapa kompleksnya masalah anak jalanan ini sehingga penanggulan anak jalanan ini tidak hanya dapat dilakukan secara efektif bila semua pihak tidak ikut melakukannya seperti pemerintah, LSM, masa media, individu-individu dan organisasi-organisasi keagamaan.
  Penanggulangan anak jalanan ini juga bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.    Melalui proram aksi langsung
Program ini biasanya ditujukan kepada kelompok sasarannya yaitu para anak jalanan, misalnya saja memberikan pendidikan non-formal, peningkatan pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan. Tipe pekerjaan ini biasanya yang dilakukan oleh LSM-LSM.
2.    Program peningkatan kesadaran masyarakat
Aktivitas program ini untuk menggugah masyarakat untuk mulai tergerak dan peduli terhadap masalah anak jalanan. Kegiatan ini dapat berupa penerbitan bulletin, poster, buku-buku, iklan layanan masyarakat di TV, program pekerja anak di radio dan sebagainya.[4]
Kalau diperinci satu per satu barang kali ada puluhan atau bahkan ratusan masalah yang dihadapi anak-anak jalanan. Namun, ada delapan masalah prioritas anak jalanan yang mendesak untuk segera ditangani oleh beberapa pihak. Kedelapan masalah pokok tersebut adalah:
a.    Gaya hidup dan perilaku anak jalanan yang acap kali membahayakan dan mengancam keselamatan diri sendiri, seperti ngelem, seks bebas, kebiasaan berkelahi, dan sebagainya.
b.    Ancaman gangguan kesehatan
c.    Minat dan kelangsungan pendidikan anak jalanan yang relatif rendah dan terbatas
d.   Kondisi ekonomi dan latar belakang kehidupan sosial-psikologis orang tua yang relatif miskin dan kurang harmonis
e.    Adanya bentuk intervensi dan sikap sewenang-wenang dari pihak luar terhadap anak jalanan, baik atas nama hukum karen aulah preman yang mencoba mengambil manfaat dari keberadaan anak jalanan
f.     Adanya kekeliruan persepsi dan sikap prejudice sebagian masyarakat terhadap keberadaan anak jalanan
g.    Adanya sebagian anak jalanan yang tengah menghadapi masalah khusus, baik kaibat ulahnya yang terencana, maupun karena ketidaktahuan terhadap bahaya dari sebuah tindakan tertentu, seperti hamil dalam usia yang terlalu dini akibat seks bebas
h.    Mekanisme koordinasi dan sistem kelembagaan penanganan anak jalanan yang belum berkembang secara mantap, baik antara pemerintahan dengan LSM maupun persoalan intern diantara lembaga itu sendiri.[5]
Bahwa bimbingan untuk anak jalanan itu  mengunakan  Pendekatan yang dipilih dan lebih tepat dengan masalah yang di hadapi oleh anak jalanan. Sebaiknya kalau menangani anak jalanan itu langsung terjun langsung di tempat tinggal anak-anak jalanan tinggal, kerena dengan terjun langsung kita bisa mengetahui masalah yang dihadapi anak jalanan tersebut, karena masalah anak jalanan itu tidak sama. Jadi itu lebih penting untuk menagani anak jalanan.









BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anakjalananadalahseseorang yang masihbelumdewasa (secarafisikdan phsykis) yang menghabiskansebagianbesarwaktunya di jalanandenganmelakukankegiatan-kegiatanuntukmendapatkanuanggunamempertahankanhidupnya yang terkadangmendapattekananfisikatau mental darilingkunganya.Berdasarkanhasilpenelitian, secaragarisbesaranakjalanandibedakandalamtigakelompok (surbaktidkk.(eds.) 1997) yaituchildren on the street,children of the street, children from families of the street.
anakjalananseringhidupdanberkembang di bawahtekanandan stigma atau cap sebagaipengangguketertiban. Anak-anak yang hidup di jalanan, merekabukansajarawandariancamantertabrakkendaraan, tetapiacap kali jugarentanterhadapseranganpenyakitakibatcuaca yang takbersahabatataukondisislingkungan yang buruksepertitempatpembuangansampah.Di kalangananak-anak yang hidup di jalanan, memangkisah-kisah yang menyedihkandanterkadangmenguras air mataadalahhal yang biasaterjadisehari-hari.faktor yang menyebabkananak-anakterjerumusdalamkehidupan di jalanan, seperti:
a.    Kesulitankeuangankeluargaatautekanankemiskinan
b.    Ketidakharmonisanrumahtangga orang tua
c.    Masalahkhususmenyangkuthubungananakdengan orang tua
d.   Inginbebas
e.    Pengaruhteman
Penanganananakjalananbisadilakukandengancarasebagaiberikut:
a)    Melalui program aksilangsung
b)   Program peningkatan kesadaran masyarakat







DAFTAR PUSTAKA

http: //research.amikom.ac.id/kehidupan anak jalanan, 20 April 2012, (13.00)
http://anjal.blogdrive.com/Masalah Perioritas atas Jalanan April 2012, (13.00)
Suyanto, Bagong, MasalahAnakSosial, Jakarta: Kencana, 2010
www.anneahira.comProgram Peningkatan Kesadaran Masyarakat20 April 2012, (13.00)









[1]BagongSuyanto, MasalahSosialAnak, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 186-187
[2]http: //research.amikom.ac.id/kehidupan anak jalanan, 20 April 2012, (13.00)

[3]Ibid, BagongSuyanto, hal.194-196
[4]www.anneahira.comProgram Peningkatan Kesadaran Masyarakat20 April 2012, (13.00)


[5]http://anjal.blogdrive.com/Masalah Perioritas atas Jalanan April 2012, (13.00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar